Bandungraya. net – Soreang | Nama Grand Canyon atau Ngarai tebing-terjal, yang terbentuk oleh Sungai Colorado, di utara Arizona. Kini Satu Destinasi wisata berbasis edukasi sungai dan hampir menyerupai Grand Canyon, diresmikan Bupati Bandung Dadang M. Naser dinamakan Astaraja Dewi Hurip.
“Alhamdulillah, hari ini saya bersama jajaran DLH (Dinas Lingkungan Hidup) dengan para komunitas, di antaranya Elingan dan Badega. Di mana civitas lingkungan ini membuat sekolah air, yang berlokasi di Sungai Cigeureuh. Ini kita sebut Wisata Edukasi Sungai Cigeureuh Astaraja Dewi Hurip, saya resmikan penggunaannya,” ucap Kang DN, sapaan akrab Bupati Bamdung Dadang M. Naser di sela-sela acara peresmian yang digelar di tepi Sungai Cigeureuh Desa Margahurip Kecamatan Banjaran, Selasa (19/1/2021).
Salah satu wujud implementasi rasa cinta tanah air, tutur bupati, secara langsung ditunjukkan warga desa dalam mengelola Dewi Hurip. Bagaimana mencintai tanah dengan memelihara tanaman-tanamannya, dan tidak dibiarkan kosong. Juga mencintai air dengan menjaga sungai agar tetap bersih, tidak dikotori dengan sampah dan tidak dicemari dengan apapun.
“Ternyata di sini juga ada situs Kerajaan Astaraja, di mana Ketua RW di sini merupakan salah satu ahli waris atau keturunannya. Ini bisa jadi pelajaran dan cerita, bagaimana rasa cinta tanah air diterapkan kepada anak didik kita, kepada generasi muda dengan mencintai tanah dan mencintai air,” tutur bupati didampingi Kepala DLH Kabupaten Bandung Asep Kusumah.
Selain Sungai Cigeureuh, lanjut Kang DN, Desa Margahurip menyimpan beragam potensi yang cukup membanggakan. Ia menyempatkan diri meninjau beberapa titik kampung yang menjadi unggulan.
“Tadi saya melihat hasil karya Kampung Saber, di situ ada anak muda yang punya industri kreatif di bidang panahan (jamparing), yang sudah ekspor ke mancanegara, ada yang mengembangkan maggot, dengan bioflok nya. Kurma tropis yang bibitnya dibuat di Israel dan dikembangkan di Thailand, nah ini kebun pembibitannya dikembangkan di Margahurip untuk didistribusikan dan dijual ke berbagai tempat di Indonesia,” beber Dadang Naser.
Dewi Hurip, kata Kang DN, layak disebut miniatur Grand Canyon Pangandaran. Di mana dari bebatuan air menetes, dan menjadi habitat beragam jenis fauna.
“Luar biasa jumlahnya sekitar 145 mata air. Di sini bisa hidup kura-kura, kadal, biawak, ikan lalawak, mata merah, jeler, itu masih ada di sini. Saya mohon ini dijaga dengan baik,” imbuh Kang DN.
Kang DN pun memberikan apresiasi kepada warga desa dan komunitas Elingan dan Badega. Ia berharap tempat tersebut bisa dikembangkan lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang. “Jaga tanahnya, jaga airnya. Supaya kita betul-betul menjadi pencinta tanah air sejati,” pungkasnya. ( BR. 01 )
Discussion about this post