Bandungraya.net-Soreang | Menyoroti Program Guru Ngaji yang di Launching Bupati Bandung beberapa waktu lalu, sebagai realisasi janji Politik saat Jelang Pilkada Kab. Bandung 2020, hal ini mendapatkan tanggapan Tokoh Pendidikan kab. Bandung Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd.
Menurut H. Toto Sutarto, Ahli perkembangan berpikir di masa lalu Benyamin S. Bloom menyatakan bahwa yang pertama diterima otak adalah mengetahui, dengan indikator kemampuan recall, maka hasilnya adalah pengetahuan (knowledge), ujarnya Senin 18 Oktober 2021.
” Kemudian di tahun 2000an, Anderson menyatakan, yang pertama diterima otak adalah hapalan (remember), Keduanya sama dengan penyampaian kata yang berbeda, dalam makna bahwa yang bisa direecall itu segala sesuatu yang sudah dihapalnya,”Ucap Toto.
Kemudian diputuskan dalam kurikulum 1974, agar pernyataan Bloom tersebut bisa dicapai harus dilakukan dengan pendekatan konsep, Terangnya.
Masih Menurut Prof. Toto, Seiring dengan meksud meningkatkan kualitas hasil belajar, maka ada ide agar pendekatan ditingkatkan-ke yang lebih tinggi, yang terakhir diinstruksikan agar mendidik harus menggunakan pendekatan Saintifik., Karena kurang penjelasan munculah kekurangan pemahaman pada bagian ini, dianggap bahwa dengan diterapkannya pendekatan saintifik menjadi tidak ada pendekatan lain, Ungkap Dia.
” Padahal sebenarnya pendekatan konsep tetap harus dilakukan, karena tanpa pendekatan konsep tidak ada remember yang di recall, dan menjadi dasar dari kemampuan lain,” Tegasnya.
Lalu diutarakan Toto Sutarto, Siapakah yang memulai menerapkan teori ini di Indonesia? Mereka adalah guru ngaji di Tajug atau surau, meskipun para asatidz ini tidak mendapat informasi tentang teori Bloom, Ternyata seperti itulah setiap guru memulai pembelajaran, semua akan mengikuti Langkah berpikir yang benar, tutur H. Toto.
Tetapi dalam perjalanannya banyak orang yang menganggap bahwa cara itu sudah terlalu lama dan memerlukan Langkah lain yang berbeda. Banyak hasil pemikiran yang mengatakan bahwa mendidik sudah tidak perlu lagi mengajak anak menghapal, tetapi langsung saja terlibat, paparnya.
Namun tidak disadari bahwa semua yang bisa dilakukan itu harus ada dulu di dalam memori, berarti orang terampil itu tetap harus memiliki hapalan tentang dasar keterampilannya, orang yang kreatif karena memiliki dasar kreatif di dalam memorinya, Banyak orang tua yang sudah tidak mengirimkan ahaknya ke Tajug atau Surau, karena mereka sibuk dengn dunianya masing-masing, padahal semua orang tua menginginkan anaknya bisa ngaji (baca Qur’an dan praktek ibdaha sehari-hari), imbuhnya.
Menurutnya, Jalan keluar yang terbaik pada masalah ini adalah harus ada pengganti masa ngaji di Tajug atau Surau, yaitu guru ngaji masuk ke sekolah formal.
Bukankah sudah ada pelajaran Agama yang mewakili itu? Saya yakin semua setuju bahwa pelajaran agama untuk menggantikan ngaji di Tajug tidak cukup. Ide Bupati Bandung untuk melakukan ini merupakan Langkah yang tepat, dan yang luar biasa Beliau sudah memikirkannya sebelum menjadi Bupati, Kata Toto.
“Yang harus dijaga sekarang adalah cara mereka mengajar di Surau, jangan sampai ada yang berusaha menggantikan dengan cara lain, tetapi harus ditingkatkan ke level lebih tinggi seperti yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom,”.
Masih Kata Tokoh Pendidikan Kab. Bandung, Jadi nanti harus ada pembinaan guru ngaji untuk menguasai level of competensi sehingga kualitas hasilnya lebih baik dari saat mereka membina peserta didik di Tajug atau Surau, agar Kekhawatiran tumpang tindih antara guru agama dengan guru ngaji jangan diblow up, tetapi dorong mereka untuk melakukan kolaborasi dan membagi tugas yang tepat, ulasnya.
DPRD komisi yang membidangi ini juga sudah tepat Langkah berpikirnya, mereka berpikir jauh ke depan untuk menjaga rakyat tetap menjadi manusia sholeh,
sekarang harus Bersama-sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk melakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan kemampuan semua tenaga pendidik termasuk guru ngaji yang sekarang sudah masuk sekolah formal, Tukas Prof. Toto Sutarto Gani Utari. (BR.01)
Discussion about this post