SOREANG (BR).- “Hayu dukung Saperak (Sabilulungan Perlindungan Anak) dan Sadulur (Sabilulungan Dukung Lingkungan Ramah Anak) , untuk lindungi anak-anak kita dari berbagai ancaman,” begitu seru Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung Hj. Kurnia Agustin Dadang M. Naser dihadapan ratusan masyarakat dan kepala Perangkat Daerah (PD) Pemkab Bandung, pada acara Festival Kampung Anak yang digelar Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung di Lapang Upakarti, Soreang, Rabu (5/12/2018).
Kurnia Agustina mengatakan, dari jumlah anak di Kabupaten Bandung yang berumur 0 sampai 18 tahun mencapai 1,3 juta jiwa, anak-anak hari ini sudah kehilangan dunia anak-anaknya yang berbasis tradisi akar budaya bangsa dan risikonya besar. Menurutnya, melalui festival kampung anak, kita harus menghidupkan kembali minat anak-anak bermain permainan tradisional. Sedangkan untuk para orangtua dirinya mengajak agar bersama-sama melakukan upaya preventif melindungi anak-anak melalui gerakan Saperak dan Sadulur, ucapnya.
“Selain gerakan Saperak yang harus dilakukan para ortu, ada gerakan Sadulur yang harus dikuatkan bersama seluruh pihak. Saat ini kita harus lebih waspada dan peka pada lingkungan pergaulan anak kita. Berikan perhatian, kasih sayang, cinta, kedekatan emosi sesama anggota keluarga juga penuhi semua hak mereka, seperti bermain, pendidikan, perlindungan, nama sebagai identitas, status kebangsaan, mendapatkan makanan, akses kesehatan, rekreasi, kesamaan dan hak untuk berperan dalam pembangunan. Sudahkah kita memenuhi hak-hak itu ?,” tandasnya.
Sementara Asisten ekonomi dan Kesejahteraan Kabupaten Bandung H. Marlan, S.Ip.,M.Si berharap, melalui festival kampung anak agar anak anak mendapatkan haknya untuk berkembang, berkreasi mengenal kesenian dan kaulinan tradisional dengan pendidikan karakter yang mampu mengangkat nilai-nilai luhur budaya bangsa dan budaya lokal.
“Mudah-mudahan festival anak ini bisa sedikit demi sedikit mengurangi penggunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi sekarang kaulinan barudak sudah masuk dalam cabor yang dipertandingkan dalam beberapa perhelatan olahraga, seperti hadangan, tarumpah panjang atau bakiak, engrang dan sumpit,” terang Marlan didampingi Kepala DP2KBP3A Hendi Ariadi Purwanto.
Marlan paham benar , perlindungan anak merupakan kewajiban semua pihak. Dengan semangat sabilulungan, diperlukan sinergitas untuk menjamin dan melindungi anak dan pemenuhan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi.
“Keberpihakan terhadap anak dari Pemkab Bandung sudah dinyatakan melalui berbagai program. Begitupun penyediaan sarana prasarana untuk anak seperti hadirnya beberapa taman di komplek Pemkab, bahkan sudah tersedia juga di beberapa kecamatan,” jelas Marlan.
Diutarakan Marlan, arus globalisasi memberikan pengaruh yang luar biasa, terlebih dengan maraknya media sosial, sehingga budaya asing menjadi sangat dekat, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. budaya bangsa, khususnya budaya lokal mulai terkikis karena dianggap tidak memberikan kebanggaan dan nilai tambah. jika hal tersebut kita biarkan, kemungkinan nilai budaya lokal akan hilang. arus globalisasai juga meningkatkan keberadaan gawai yang semakin canggih dan masif, namun keberadaan gawai ini dinilai telah menggeser minat anak untuk bermain permainan tradisional.
“Jangan mager (malas gerak)!, main HP kan diam saja, beda kalau bermain permainan tradisonal. Seru, asik, berkeringat, melatih keterampilan, kreativitas, dan hal menyenangkan lainnya. Jadi ayo bersama-sama kita kenalkan lagi,” .
Pada kesempatan itu, dilakukan deklarasi tolak LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dan stop penyebaran HIV/ Aids, yang dilakukan seluruh peserta dan tamu undangan yang hadir, disertai penandantangan, dengan imbauan kepada masyarakat, untuk berani memeriksakan status kesehatannya, agar dapat mendeteksi kesehatan sejak dini serta dapat mencegah terjadinya penularan baru dan meningkatkan kwalitas hidup, seperti tema yang diusung hari ini.
“Saya berani, saya sehat,” tuturnya. (BR. 01)
Discussion about this post