SOREANG. (BR)- Meski wacana pelaksanaan Pilkada ditunda dengan alasan Pandemi covid 19, namun nampaknya ritus elektoral lima tahunan di Dayeuh Bandung saat ini tidak akan menghasilkan produk pemimpin daerah khususnya di Kab. Bandung, yang bisa dikatakan “mengejutkan,” karena keluar dari pakem-pakem prakiraan yang ekstrem, Hj. Kurnia Agustina Naser, salah seorang Balon yang diusung Partai Golkat, sekaligus putri mahkota trah biologis dinasti, relatif lajunya akan sulit terbendung hal tersebut disampaikan salah seorang mantan Jurnalis senior Tavinur S. Ramadhani pada bandungraya. net Jum’at (22/05).
Menurut orang yang akrab disapa Kang Tevi ini, Sedikitnya ada 3 fenomena atau gejala yang jadi isyarat menguatkannya, Pertama, boleh di kata sebagai petahana, Nia “ menguasai mesin-mesin penggerak yakni institusi-institusi daerah terkait ” dan interkoneksi jejaring masyarakat yang solid dan telah terbina dari sekian tahun lamanya, ujar Tevi.
” Nyaris semua potensi dari mesin-mesin ini mampu difungsikan untuk mencapai tujuan pemenangan pilkada “, Mulai dari pers, keamanan dan pengamanan, sampai kepada keterkaitan dengan institusi hukum dan keadilan.
Kedua adalah jaringan inter-koneksi lembaga-lembaga non-formal di masyarakat serta organisasi formal yang sudah dibina, baik yang merupakan underbouw partai pengusung atau organisasi yang memiliki kesamaan garis ideologi. Jaringan ini adalah kelompok-kelompok ibu-ibu posyandu, PKK, karang taruna, ibu-ibu majelis taklim, kelompencapir, termasuk ikatan guru-guru, remaja mesjid atau kelompok-kelompok pemilih pemula.
Ketiga adalah jaringan birokrasi mulai dari struktur eselon tertinggi di kantor pemda, kecamatan hingga tembus ke desa-desa, secara terstruktur dan masif, kendati bersifat intruksi verbal atau non-tertulis, semuanya akan dioptimalkan dan menjadi mesin peggerak bagi pemenangan Nia.
Pendek kata diutarakan Tevinur S. Ramdhani, semua potensi ASN demi pemenangan Nia akan dikerahkan, Terlepas di birokrasi sendiri ada faksi-faksi yang totalitasnya full mendukung, yang setengan hati mendukung, atau yang pura-pura mendukung, imbuh Tevi.
Menyikapi realitas ini menurut Tevi, nampakya cukup sulit bagi bacalon bupati lain untuk mengimbanginya? Betulkah? Apakah yang dikhawatirkan Nia? Bukankah di atas kertas Nia sudah di atas angin? Namun, jangan salah !.
Kurnia Agustina, naiknya bukan disandarkan karena hasil polling suara yang memenangkannya, Bukan juga karena kapasitas politik atau akademiknya. Ini sudah menjadi semacam rahasia umum. Pencalonan Nia dalam Pemikukada di Kab. Bandung adalah dalam rangka memeliharan tradisi dinasti, menjaga dosa-dosa masa lalu dinasti atau sekedar mengedepankan syahwat politik semata, tutur Tevinur.
Dikatakan Tevi, Dasar pemikiran tersebut nampaknya terlalu standar dan umum. Dalam logika praktis, politik rezim pilkada bukan hanya mengejar kekuasaan semata. Ada keterkaitan erat dengan kepentingan-kepentingan pemodal dan grand desain dari kekuasaan yang lebih luas. Kelompok-kelompok manakah yang berkepentingan dengan kemenangan Nia?
Artinya jelas Tevi, kelompok ini akan men-support Nia karena dikhawatirkan jika Nia kandas di pilkada kali ini, kepentingan-kepentingan mereka akan terancam, salah satu kekurangan Nia adalah relatif miskinnya elektabilitas dan popularitas. Kekurangannya ini, terlihat tatkala coba di conter attack melalui promosi habis-habisan dengan segala macam media. Mulai dari penampakan baliho dan spanduk di tempat-tempat stategis, hingga kegiatan-kegiatan yang dibungkus program sosial seperti dapur umum, bansos atau safari ke desa-desa. Bisa jadi, kegiatan-kegiatan ini menyisipi atau meyusup di program-program bansos resmi pemda. Untuk, pola dan mekanisme ini nampaknya ga sulit bagi Nia, ulas Kang Tevi.
Menurutnya pula, Begitu kuatnya kekuatan “hand of hidden” mengantar Nia sebagai bacalon bupati dari Partai Golkar yang mengesampingkan potensi calon-calon lainnya dari Partai Golkar, Ini semua menandakan bahwa begitu kuatnya pula cengkeraman dinasti hingga ke pucuk pimpinan pusat PG.
” Pertanyaannya, apakah sosok mereka yang tersingkir dari penetapan bacalon bupati ini akan rela ikut mengantar Nia ke kursi bupati? Pengalaman yag saya amati, mereka tetap akan mensupport namun dengan konsekuensi refres formasi-formasi struktural di lingkup PG Dayeuh Bandung “.
Pungkas Tevinur S. Ramdhani, Tidak ada yang tidak mungkin Kejenuhan nyaris 20 tahun dalam tradisi kepemimpinan dinasti, bisa jadi akan menjadi pintu masuk “mengakalinya.” Salah satunya adalah siapkan lawan Nia yang tidak hanya kuat di electoral, dan tingkat popularitas atau logistik; melainkan juga langkah-langkah strategis dan taktis yang tepat. Percaya diri (self confidence) memang perlu, tapi tanpa dibarengi perhitungan matang ia hanya akan menjadi bunuh diri, seberapa besar pun kekuatan modal yang disiapkan,
Walahualam Bisawab. Bilahi Fisabilhaq. (red)
Discussion about this post