Soreang. ( BR. ) Menjelang Pilkada, masing-masing Tim Sukses, tentu berusaha memetakan peluang suara yang dapat ditangkap berdasarkan pelbagai kriteria. Pemetaan dilakukan berdasarkan kriteria kesamaan keyakinan, fanatisme terhadap partai, pesona atau bujukan figur atau berdasarkan independensi pemilih merujuk kepada pemahaman personal.
Salah satu pemetaan ini, dilakukan mengacu kepada tipikal masyarakat pemilih, khususnya di “Dayeuh Bandung” (maaf nampaknya saya lebih familiar menggunakan sebutan ini, ketimbang Kabupaten Bandung yang cederung bersifat administratif).
Sekenanya, saya mencoba memetakan tipikal atau varian pemilih di Dayeuh Bandung dengan kategori Pemilih Tradisional, Pemilih Modern dan Pemilih Milenial.
Varian Pemilih Tradisional dapat dikategorikan sebagai pemilih yang cenderung mengikuti intruksi pimpinan, baik pimpinan di birokrasi, pimpinan non formal atau pimpinan di kelompok tertentu, seperti anggota-anggota koperasi, ibu-ibu pengajian, ibu-ibu arisan, kader-kader PKK, Kelompencapir, atau kader-kader partai militan yang sepenuhnya sulit dibelokan pilihannya.
Secara relatif, dalam sekian periode Pemilih Tradisional ini yang senantiasa dimantenance keberadaannya oleh Partai Golkar. Boleh dikata nyaris suara Golkar banyak disumbang oleh kelompok pemilih ini. Pergeseran pilihan pemilih di kelompok ini relatif kecil, karena selain faktor maintenance tadi, kelompok ini lebih cenderung dekat dengan kekuasaan dan mendapatkan kemudahan akses pergerakan baik secara logistik, finansial atau sekedar dukungan.
Pemilih Tradisional ini banyak terdapat di pedesaan-pedesaan, aktivis atau pengurus desa, atau bapak-bapak dan ibu-ibu yang kesehariannya banyak berhubungan dengan kantor desa. Pemilih dalam kategori ini, relatif cenderung berpendidikan menengah (SD, SMP atau SMA). Kalaupun mereka lulusan perguruan tinggi, mereka mayoritas berada di kelompok atas (pimpinan, penentu kebijakan atau penggiat organisasi).
Selanjutnya kategori pemilih modern, yakni pemilih yang kebanyakan bermukim di kota-kota atau periperial kota. Pemilih modern cenderung rasional, berpendidikan cukup dan kerap mengukur segalanya berdasarkan fakta dan data. Pemilih dalam kategori ini, selain menetapkan pilihannya berdasarkan kajian pribadi, mereka juga menjadikan media sebagai barometer pilihannya.
Terakhir pemilih milenial. Banyak yang menempatkan kelompok ini sebagai pemilih mengambang (floating votter), kerena relatif sulit mengidentifikasi pilihannya. Pemilih milenial sebagian besar adalah pemilih pemula. Mereka juga disebutkan sebagai generasi X, generasi gadget atau generasi medsos. Dalam pelbagai kajian menyebutkan prosentase pemilih ini dapat mencapai 35 % dari total pemilih. Ciri pemilih milenial, mereka cenderung pragmatis, berorientasi hasil, cenderung jenaka dalam berpikir namun kritis dalam menentukan pilihan.
Kendati demikian, ketiga varian pemilih ini hanya berdasarkan pengamatan semata. Mungkin nanti, setelah terkumpul data, saya bisa memetakan in-fact. ( red***)
Discussion about this post