Kab.Bandung (BR.NET).- Dalam menyikapi seorang siswi berinisial ( Y) kelas X ( Sepuluh) Sekolah Menengah Kejuruan yang di Drop Out (DO) oleh pihak sekolah yang diduga tanpa ada surat peringatan atau pemanggilan terhadap orangtua siswa sebelumnya.
Dimana Pendidikan adalah upaya membangun atau membentuk prilaku yang positif pada peserta didiknya, meskipun yang negatifnya juga disampaikan. Pendidikan bisa terjadi di mana saja, di keluarga, di masyarakat, dan di Sekolah.
Tidak mudah melaksanakan Pendidikan, terutama pada bagian yang harus menghasilkan prilaku positif, padahal prilaku negative juga akan disampaiakan sebagai pembanding, Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd, pada Rabu 28 Pebruari 2024.
Demikian sulitnya sehingga harus dirumuskan strategi, metode dan pendekatan dalam melaksanakan Pendidikan. Pendidikan di keluarga merupakan modal dasar prilaku untuk Pendidikan di masyarakat dan di sekolah, Ungkapnya.
Masih kata Prof. Toto, semua yang sudah diperolehnya baik di dalam keluarga akan menjadi landasan saat memperoleh stimulus di masyarakat atau di sekolah, apabila bahan yang diperoleh di keluarga bagus dan kuat, maka akan mampu menerima dan mengendalikan stimulus di lingkungan masyarakat dan sekolah.
Tetapi tidak menutup kemungkinan setiap anak mendapat stimulus yang sangat kuat dari lingkungan masyarakat atau sekolah, kemudian dia akan menjadikan stimulus tersebut sebagai pola prilaku yang dominan, sehingga apa yang diperolehnya dari keluarga menjadi tenggelam dan tidak menjadi pengendali prilakunya, Tegasnya.
Menurutnya, pendidikan di masyarakat tidak jelas pembawa stimulusnya, sehingga banyak anak yang salah masuk ke dalam lingkungan yang tidak memakai dasar yang diperoleh dari keluarganya. Dan saat seperti ini membutuhkan peran keluarga lebih aktif, berusaha menambah informasi yang lebih baik dan lebih kuat dari yang sudah diberikan sebelumnya. Kelalaian merupakan awal dari petaka prilaku anak, Papar Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung.
“Pendidikan di sekolah merupakan harapan utama pada prilaku peserta didik, harus menjadi pengendali seluruh prilaku yang dibentuk oleh keluarga atau masyarakat, karena sekolah pendidikannya terencana dan menggunakan kurikulum sehingga Pendidikan di sekolah sering menjadi andalan keluarga dan masyarakat .”
Sambung Prof. Toto Sutarto, Sering sekolah menjadi sasaran yang disalahkan pada prilaku anak, baik saat di sekolah maupun di luar sekolah, karena dianggap bahwa sekolahlah yang paling bertanggung jawab atas pembentukan prilaku anak.
Kepercayaan orang tua dan masyarakat sangat kuat kepada sekolah untuk pembentuk prilaku anak-anaknya, mereka tidak akan terima bila anaknya tidak diterima menjadi salah seorang peserta didiknya, papar Dia.
“Kesalahan sedikit yang terjadi di sekolah akan menjadi pembicaraan yang besar, begitulah kekuatan sekolah dengan kurikulumnya. Karena yang akan diproduknya adalah prilaku yang baik maka penting sekolah memikirkan pedoman-pedoman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terbentuk pada prilaku peserta didiknya “.
Menurut Toto Sutarto Gani Utari, untuk membangun atau membentuk prilaku peserta didik, sekolah harus mengetahui prilaku apa saja yang sudah dimiliki peserta didik.
Kemudian sekolah juga harus faham bagaimana prilaku itu terbentuk, karena sekolah harus menjadikan prilaku yang sudah dimiliki peserta didik sebagai salah satu unsur pembentuk prilaku yang diharapkan oleh kurikulum.
Bagian ini yang sering terlupakan sehingga sekolah kehilangan jejak saat membangun prilaku peseta didiknya, kemudian muncul tuduhan ketidakmampuan sekolah, yang akhirnya saling menyalahkan, Tandanya.
” Agar arah kurikulum bisa ditemukan dan muncul jelas pada prilaku peserta didik, perlu Kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat “.
Diutarakan Prof. Toto Sutarto, Kasus apapun sebaiknya dimusyawarahkan oleh ketiga komponen tersebut apabila sebuah kasus berkaitan dengan salah satu dari ketiganya, sebaiknya yang terkait diajak musyawarah sampai tuntas dan ada saling pengertian, bila tidak, kasusnya akan viral kemudian muncul intervensi pihak lain yang samasekali tidak paham terhadap kasusnya.
Kejadian tersebut bisa berpengaruh pada tujuan utama sekolah, yaitu membangun atau membentuk prilaku peserta didik sesuai dengan keinginan kurikulum, tukas Prof. Toto. (NADILA)
Discussion about this post