Cianjur (BR).- Karena tak ada akses jembatan beginilah perjuangan puluhan siswa-siswi sekolah SD,SLTP,SMA dan Diniyah yang berada di pelosok kota Cianjur rela bertaruh Nyawa demi menimba ilmu berangkat dan pulang sekolah harus menyebrangi sungai Cimaragang yang lebar nya mencapai 100 meter dengan kondisi Air sungai cukup deras.Anak anak sekolah tersebut berasal dari kampung Liunggunung,Datar Kadu,Dan Cipetir,desa Neglasari,kecamatan Cidaun,Cianjur Selatan,jawa barat.
Infomasi yang di terima bandungraya.net, pernah dibangun jembatan gantung penghubung akses dua desa Neglasari-Gelar Pawitan yang membentang di atas sungai Cimaragang tersebut, namun pada bulan Desember tahun 2021 Jembatan tersebut ambruk terbawa longsor hingga kini belum ada bantuan pembangunan kembali baik dari pemerintah kabupaten, Perovinsi dan Pusat.
M. Sufyan Oktaviandi salah seorang guru SD Cisarakan menjelaskan, dirinya setiap harinya saat akan berangkat dan pulang sekolah mendampingi anak anak sekolah tingkat SD,SLTA,SMA dan Diniyah yang akan lewat menyebrangi sungai Cimaragang yang airnya deras.
“Kami berharap kepada instansi terkait mohon Segera dibangun jembatan penghubung dua desa antara desa Neglasari dan gelar Pawitan karena ini merupakan akses satu satunya mobile sasi anak anak sekolah dan warga masyarakat,”tukasnya.
Sufyan Menambahkan, dulu pernah ada jembatan gantung tetapi pada bulan Desember tahun 2021 terbawa longsor dan sekarang belum ada lagi bantuan pembangunan.
“Ada jembatan darurat yang dibuat warga masyarakat tetapi kalau pas air sungai sedang besar jembatan hanyut terbawa air,ini sudah empat kali dibangun jembatan darurat dengan anggran secara Swadaya dan waktu itu ada sumbangan dari persatuan guru Indonesia (PGRI) wilayah Cidaun,”Tukasnya.
Masih Papar Sufyan,akses jembatan sungai Cimaragang ini merupakan akses satu satunya mobillisasi anak anak sekolah dari tingkat SD,SLTP,SMA juga Diniyah dan warga masyarakat dua desa.
“Harapan kami dan warga masyarakat dua desa ingin segera ada yang membangun jembatan oleh pihak manapun,agar semua mobilitas lancar,”terangnya.
Sementara itu Kepala Desa Gelar Pawitan Heri Kuswanto membenarkan,terkait Puluhan anak anak sekolah baik SD,SMP dan SMA yang setiap hari akan berangkat ke sekolah harus menyebrangi sungai Cimaragang memang benar,karena tidak adanya akses jembatan yang menghubungkan antar desa Gelar Pawitan dan Neglasari.
“Sebenarnya sudah ada jembatan sementara atau Jembatan darurat yang di buat sama pemerintah desa bersama warga masyarakat yang bahan materialnya mengunakan bambu dan pohon kelapa, sebagian mengunakan puing puing besi jembatan gantung yang dulu,tapi saat air Sungai Cimaragang besar jembatan tersebut hanyut terbawa air,”Ujarnya kepada bandungraya.net via telpon Watshap senin (17/10/2022).
Masih Terang Kepala Desa, pemerintah desa sudah berupaya mengajukan baik melalui pemkab Cianjur, Perovinsi dan pusat.
“Kalau disurvei sudah beberapa kali disurvei baik dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, dari hasil survei panjang jembatan mencapai 120 meter dan kedalaman 60 meter, infonya akan segera dibangun nanti tahun 2023, mudah-mudahan bisa secepatnya dibangun karena memang ini merupakan akses penghubung warga masyarakat dua desa antar desa Gelar Pawitan dan Neglasari,”pungkasnya. (BR-26).
Discussion about this post