KAB. BANDUNG (BR).- Banyak yang tidak tahu bahwa budaya itu dibentuk oleh karakter dan akan muncul pada sebuah komunitas yang memiliki tempat yang tetap, sehingga bisa menurunkan karakter-karakter khas milik komunitas tersebut, Hal tersebut disampaikan Pakar Pendidikan yang juga sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd, Jumat Malam 14 April 2023.
Menurutnya, setiap karakter dalam komunitas diturunkan kepada generasi berikutnya seolah ingin mempertahankan karakter tersebut pada komunitasnya.
Generasi baru akan terus diajarkan mengenai karakter khas komunitasnya, ujar Dia.
Perlu saya sampaikan bahwa karakter itu permanen sulit sekali diperbaiki atau dirobah, apalagi dihapus. Semua ini akan terjadi di semua komunitas yang memiliki tempat tetap, termasuk Lembaga Pendidikan.
Siapa yang akan melihat karakter tersebut? orang lain, karena dirinya tidak akan melihat lebih dan kurangnya dari karakter tersebut, yang orang lain merasa tidak nyaman melihatnya, justru untuk komunitasnya nyaman, Terang Prof. Toto.
Kapan komunitas tersebut akan merasa tidak nyaman seperti yang orang lain katakana? Saat komunitas itu tergelincir oleh karakternya.
Apakah semua yang orang lain lihat tidak nyaman akan merontokan karakter tersebut? tidak selamanya begitu, ada kemungkinan justru akan mengokohkan eksistensi komunitas tersebut, Kata Ketua Dewan Pendidikan.
Ini sebagai bekal untuk orang yang ingin masuk sebuah komunitas, agar sebelum memasukinya harus mengetahui budaya apa saja yang ada di komunitas tersebut, sehingga dia harus berusaha beradaptasi denga isi komunitas tersebut, jadi jangan dibalik, kita masuk ke dalam komunitas kemudian mengharapkan komunitas berubah seperti karakter dirinya, kecuali mampu melakukannya dengan baik dan komunitasnya tetap nyaman. Demikian mestinya kita menyikapi riuhnya mengenai berita tentang SMPN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, Tegas Prof. Toto Sutarto.
“Siapapun yang berkomentar harus berusaha memahami dulu apa yang terjadi di SMPN tersebut, termasuk budaya sekolahnya.”
Salah satu budaya mereka adalah perpisahan yang sudah berjalan beberapa tahun ke belakang hingga tahun 2022, jelas Dia.
Sambung Prof. Toto Sutarto, menghentikannya tidak semudah membalikan telapak tangan, karena budaya itu ada di SMPN tersebut, sehingga harus dipikirkan sebaik-baiknya.
Sebagai orang yang melihat pasti akan mengatakan “apalah arti sebuah perpisahan”. Sudah benar yang disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung “sepanjang hal tersebut tidak berbenturan dengan ketentuan itu sah sah saja” Ulasnya.
Selain itu juga disinggung Kadisdik Kabupaten Bandung pada website. Bandungraya-net 16 Maret 2023 mengenai Study tour.
Perlu dipahami bahwa study tour itu amanah Level of Competence di level ke dua, yaitu melatih kemampuan peserta didik berinterpretasi. Hanya sayang tidak dipahami oleh hampir seluruh stake holder Pendidikan, sehingga Study tour dianggap piknik belaka, Papar Pakar Pendidikan.
Jadi Study tour sudah benar bila disarankan oleh Dinas Pendidikan untuk dilakukan minimal satu tahun satu kali oleh setiap sekolah, karena melekat pada Cognitive Build, Tegasnya Pula.
Hanya pelaksanaannya harus ada dalam pengawasan Dinas Pendidikan bisa bekerjasama dengan Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung. Agar tidak menjadi riuh persoalan Pendidikan, saya sarankan agar :
1. Semua orang tua memahami budaya sekolah dan siap terlibat di dalam komite sekolah,
2. Semua kegiatan di luar yang regular harus dibicarakan matang oleh sekolah dan komite sekolah, kemudian dilapokan ke Dinas Pendidikan Kabupaten,
3. Dinas Pendidikan Kabupaten bekerjasama dengan Dewan Pendidikan Kabupaten sebagai Organisasi yang SK nya Dibuat Oleh Bupati Kabupaten Bandung. (BR.01)
Discussion about this post