Arab Saudi (BR).- Ada museum mini, di lintasan jalan raya Mekkah – Jeddah. Namanya Abubker Alamoudi Museum, sebagaimana ditulis di papan nama di atas pintu masuk museum. Sering disebut Museum Alamoudi saja.
Muthowif jamaah umrah Syawal 1444 H, yang bergabung dengan PT. Karya Imtaq, mengajak untuk berkunjung ke museum ini Pada Minggu 30 April 2023. Awalnya, saya mengira ini museum Abu Bakar, sahabat Nabi, karena ada nama Abubker. Perkiraan saya salah. Nama Abubker, bukan merujuk pada Abu Bakar, sahabat Nabi, namun merujuk pada nama pendiri museum ini, yakni Abu Bakar Alamoudi. Seorang pengusaha Saudi yang membangun museum seluas 2000 meter ini.
Museum Alamoudi menjadi destinasi wisata baru bagi jamaah haji dan umrah. Berlokasi di tengah padang pasir dan gunung batu wilayah El-Shimeisi. 30 menit menggunakan bus dari Mekkah menuju Jeddah. Terletak di pinggir jalan raya Mekkah – Jeddah Highway. Museum ini mudah dijangkau.
Menarik. Di pintu masuk, disimpan bajaj tua berwarna merah. Bangunan museum diberi arsitektur aksen rumah orang Arab abad ketujuh. Sekeliling museum, dibenteng. Dibangun dari tanah liat yang dicampur jerami. Berwarna coklat. Tanpa cat.
Di sebelah kanan museum, ditampilkan sumur tempat menimba air. Lengkap dengan kerekan, tali pengerek dan ember dari kulit. Dikelilingi pinggiran sumur dari batu dan tanah liat.
Disamping sumur, ada deretan rumah-rumah kecil dari tanah. Di setiap rumah, diisi perabotan rumah tangga masyarakat Arab kampung di masa tanah Arab belum maju.
Ada timbangan tua, peralatan dapur, perkakas pertanian, hingga barang barang tua keseharian. Di depan deretan rumah kecil, ada halaman cukup luas. Dilengkapi rumput sintetis.
Bangunan utama museum, sebuah bangunan cukup besar. Ini bangunan utama tempat menyimpan memorabilia masyarakat Arab. Umumnya benda benda yang digunakan pada abad 19 dan awal abad 20.
Berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari-hari masyarakat Arab di zaman dulu, dipamerkan. Seadanya. Disusun agak berantakan. Tanpa kotak atau tempat pameran memorabilia yang layak. Memang, benda benda yang dipamerkan, tidaklah memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sekedar perlengkapan memasak tua. Alat makan dan minum.
Awal masuk bangunan ini, disajikan foto raja Salman. Potongan kain kiswah. Miniatur Ka’bah. Sedikit yang bernilai sejarah, berupa peralatan perang seperti pedang, tombak, dan senjata api. Ada pula foto foto Ka’bah tahun 1930 an dan bekas kunci Ka’bah tua. Menariknya lagi, ada kursi roda yang biasa dipakai jamaah haji dan jempana untuk memanggul jamaah di tahun 1950-an.
Peralatan rumah tua juga disajikan. Mulai dari mesin jahit, mesin ketik merek royal, radio jaman dulu, televisi tabung 14 inchi, telepon engkol, handphone generasi awal, hingga proyektor pemutar film layar tancap.
Dilangit langit, digantungkan banyak lampu petromak.
Yang menarik. Disajikan diorama ruang tamu rumah orang Arab. Dihiasi boneka yang berpakaian gamis khas Arab. Para pengunjung, diberi kesempatan untuk berfoto menggunakan pakaian khas Arab, baik bergaya suku Badewi, bergaya raja-raja Arab, atau tentara Arab dengan pedang panjangnya.
Ada satu spot foto yang cukup diminati pengunjung, yakni foto tiga dimensi Hajar Aswad. Pengunjung dapat berfoto, dengan gaya yang tepat, seakan mencium Hajar Aswad yang asli.
Keluar dari gedung utama, disuguhi kembali rumah rumah kecil dari tanah. Namun, lebih banyak menyajikan bagian luar rumah dan perlengkapannya. Tidak lupa, ditanam satu pohon kurma yang sedang berbuah.
Museum ini, intinya hanya menyajikan benda benda memorabilia tempo dulu. Tidak menampilkan benda-benda bersejarah. Sekedar bernostalgia atau ingin mengetahui kehidupan masyarakat Arab, Abubker Alamoudi Museum ini, layak dikunjungi.(**)
Discussion about this post