GARUT, (BR).- Meski sudah berdiri sejak 13 tahun yang lalu, namun kondisi SD Muhammadiyah Assalam di Kampung Ciwareng, Desa Majasari, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, hingga saat ini tidak memiliki fasilitas dasar meja dan kursi belajar.
Mirisnya, kondisi memprihatinkan itu terjadi saat Pemkab Garut menggelontorkan anggaran untuk pembangunan fisik infrastruktur.
“Sebetulnya pemerintah sudah hadir di sana dengan memberikan bantuan rehab ruang kelas, karena dulu itu bangunannya terbuat dari kayu dengan dinding bilik. Karena bantuannya rehab kelas bukan mebeler sehingga para siswanya belajar dengan cara lesehan,” ungkap Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Enjang Tedi, seusai meninjau dan memberikan bantuan mebeler untuk ruang kelas 5 dan 6, Selasa (21/11/2023).
Politisi PAN itu menuturkan, 13 tahun lalu warga Muhammadiyah yang ada di kampung terpencil itu mendirikan sekolah disebabkan jarak yang jauh dari sekolah negeri yang ada di Kecamatan Cibiuk. Sehingga kalau turun hujan anak-anak dari Ciwareng itu terpaksa meliburkan diri
“Memanfaatkan tanah wakaf warga di sana berani mendirikan sekolah yang diinisiasi warga Muhammadiyah. Mereka mendirikan Sekolah Muhammadiyah Ciwareng. Saya kira luar biasa perjuangan warga di sana, kesabaran para guru dan kepala sekolah,” katanya.
Disebutkannya, awalnya keberadaan sekolah di daerah terpencil dan berbukit itu, tidak mendapatkan perhatian pemerintah. Namun setelah banyaknya murid yang berprestasi, maka pemerintah pun mulai hadir memberikan bantuan.
Disebutkannya, bantuan yang diberikan pemerintah daerah belum maksimal, setelah pihaknya memberikan bantuan meja kursi untuk kelas 5 dan kelas 6, siswa kelas 1 sampai kelas 4 masih belajar dengan cara lesehan.
“Ini harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab apa yang saya berikan untuk dua ruang kelas itu hanya bersifat stimulan. Agar partisipasi masyarakat juga tumbuh dan semoga ada perhatian pula dari pemerintah daerah. Sekolah ini kan sebagai upaya masyarakat untuk mendekatkan akses pendidikan kepada para siswa itu, menurut saya harus diapresiasi,” katanya.
Disebutkannya, kondisi bangunan dari sekolah yang dulu sangat tidak layak itu, kini sudah jauh lebih layak. Namun dengan belum adanya fasilitas meja kursi itu, menurutnya masih belum memenuhi hak belajar dalam kondisi yang sportif seperti yang tersirat dalam Perda Perlindungan anak.
“Meskipun bangunannya sudah jauh lebih baik, tapi anak-anak belum bisa belajar dalam kondisi yang nyaman. Ini masih dalam kondisi kedaruratan. Darurat karena masih belajar tidak di atas meja kursi. Masih lesehan, dengan cara tengkurep, duduk di lantai. Kondisi ini kan membuat anak cepat lelah, pegal, beser, dan perasaan tidak nyaman lainnya,” katanya.
Ditambahkannya, sekolah yang berjarak sekitar 2-3 kilometer dari jalan raya itu, sudah menghasilkan lulusan 8 angkatan dengan banyak menorehkan prestasi olimpiade tingkat kecamatan dan Kabupaten Garut. (BR-15)
Discussion about this post