Garut, (BR).– dr. Hani Budiman, Wakil Ketua PKK Garut mengatakan, Kabupaten Garut angka stuntingnya paling tinggi ke 4 se Jawa Barat, walupun hal itu ada perbedaan angka antara laporan dari pusat dengan kabupaten.
Diketahui, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
“Stunting di Kabupaten Garut pada saat ini angkanya masih tinggi, walaupun kita mendapatkan angka berbeda laporan dari kabupaten. Kemarin laporan dari pusat cukup tinggi mungkin ke 4 tertinggi di Jawa Barat,” katanya usai menghadiri Rakerda PKS di Balroom Hotel Santika Jln.Cipanas Baru Tarogong Kaler, Minggu (20/3/2022).
Menurut Hani, ini semua membutuhkan aksi dari semua pihak bukan hanya intervensinya.
Perbedaan angka ini, kata dia, perlu ditelusuri. Apakah betul cara pengukurannya, kalau sudah betul kita juga mesti betul cara mendiagnosanya, ini sering terlewat.
“Cara mengukur tinggi dan panjang badan dan kemudian yang kedua cara mendiagnosanya. Bagaimana kita mendapatkan diagnosa stunting itu, ketika mendapatkan panjang dan tinggi badan dibandingkan usia,” ujarnya.
Dan ketiga, lanjut dia, yang terpenting adalah intervensi. Sebelum intervensi harus betul dulu penilaiannya, kalau kita terus intervensi tapi penilaiannya salah, tentu saja aksinya juga salah.
“Intervensi ini harus asisment di lapangan, faktornya apa. Apakah faktor integnya yang kurang atau faktor pola asuhnya yang kurang atau karena faktor kebersihan yang kurang, nah ini juga mesti dinilai,” terangnya.
Untuk mendapat penilaian yang akurat, menurut dia, mesti ada rempug stunting mulai di tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan, kecamatan sampai ke tingkat kabupaten. Bagaimana kita menggerakan memahami stunting itu sendiri.
Lanjut Hani, harus faham dulu dan ketika sudah faham barulah mereka menilai di lapangan berapa jumlah sebenarnya dari stunting itu dan kemudian juga mereka harus bersama-sama kemitraan di tingkat desa membuat rempug stunting sehingga strateginya tepat, intervensinya juga tepat.
Dikatakan dia, ini usaha bersama jangan masing-masing, jangan sampai satu dinas dengan dinas lainnya tidak bareng atau di tingkat desa misalnya kemitraannya tidak berjalan.
Sebab itu, kata dia, akan menjadikan program kita menghabiskan dana yang cukup besar, ini tidak epektif.
Hani mengatakan, data picks ada, hanya tidak ada kesesuaian diagnosa.
“Saya sering menekankan baik pada kader agar betul-betul didalam penilaian maupun pada pemerintah. Saya sudah menyampaikan pada dinas kesehatan, Bapeda, tolong ini, tolong ini dibetulkan cara penilaiannya,” pungkasnya. (BR.27)
Discussion about this post