Bandungraya.net | Masa menstruasi atau haid kerap memaksa tubuh untuk tetap berbaring karena rasa tidak nyaman di tubuh. Namun hal berbeda dialami anak-anak sekolah di kawasan Asia Selatan.
Dilansir dari Reuters, lebih dari sepertiga siswi terpaksa bolos selama haid karena keterbatasan akses toilet dan pembalut. Banyak di antara mereka tidak mendapat edukasi memadai tentang menstruasi sebelum puber.
Organisasi amal WaterAid dan UNICEF menemukan sebagian besar negara tidak memenuhi standar yakni satu toilet untuk 25 siswi. Hal ini menyebabkan siswi kesulitan akses toilet selama haid. Salah satu negara yakni Nepal bahkan hanya menyediakan satu toilet untuk 170 siswi.
“Para siswi punya hak untuk pendidikan, yang hilang jika mereka merasa tidak bisa hadir saat pelajaran karena kekurangan pembalut atau toilet bersih dan personal di sekolah,” kata Tim Wainwright, direktur eksekutif WaterAid, dikutip dari Reuters (22/5).
Dalam laporan juga disebutkan bahwa edukasi terkait menstruasi kurang memadai di berbagai wilayah. Di Sri Lanka, dua per tiga anak perempuan tidak mengetahui apapun soal menstruasi. Hal ini membuat hal-hal tabu seputar menstruasi berkembang di beberapa wilayah.
“Anak perempuan mengandalkan ibu dan guru mereka untuk memperoleh dukungan, tapi jika mereka kurang percaya diri dan informasi, mereka hanya akan mengulang mitos. Persepsi yang umum ialah menstruasi adalah rahasia yang kotor,” kata Therese Mahon, manajer program regional WaterAid.
Menstruasi berujung pada diskriminasi
Beberapa budaya di Asia Selatan memandang menstruasi secara berbeda. Perempuan dalam masa haid dianggap tidak bersih. Mereka dilarang mengunjungi kuil, jadi sasaran pengecekan asupan makanan dan diisolasi dari pergaulan.
Kadang mereka juga mengahadapi diskriminasi sosial, mengalami masalah kesehatan reproduksi dan rendahnya harga diri karena kekurangan informasi.
Haid tak pernah jadi topik diskusi dan mereka memilihuntuk diam meski mengalami masa sulit dua kali lipat. Haid yang membuat tubuh tidak nyaman ditambah perlakuan masyarakat yang menyiksa secara psikis.
Dampak buruknya, banyak perempuan yang mengalami infeksi dan terjangkit penyakit akibat masa haid yang dilalui dengan tidak higienis. Melihat hal ini, beberapa negara pun tergerak untuk menambahkan informasi soal menstruasi ke kurikulum pendidikan.
“Menghilangkan stres yang berhubungan dengan menstruasi bisa membantu anak perempuan dan anak laki-laki menyesuaikan dan berkontribusi lebih baik pada dunia sekitar mereka,” kata Jean Gough, direktur regional UNICEF.
https://www.reuters.com/article/us-india-women-health/third-of-girls-in-south-asia-miss-school-during-periods-study-idUSKCN1IN00F (rah)
Discussion about this post